Sagliknotu.com – Hasil penelitian menunjukkan bahwa berolahraga secara konsisten dua sampai tiga kali seminggu dapat membantu mengurangi risiko insomnia dan mencapai waktu tidur harian yang direkomendasikan, yaitu enam sampai sembilan jam.
Menurut siaran Medical Daily pada Rabu (27/3), para peneliti dalam studi terbaru mengevaluasi frekuensi, durasi, dan intensitas aktivitas fisik mingguan serta gejala insomnia, durasi tidur malam, dan kantuk siang di antara sekelompok orang dewasa berusia separuh baya dari 21 pusat di sembilan negara Eropa.
Para peneliti mengevaluasi respons 4.399 peserta yang menjadi bagian dari Survei Kesehatan Respirasi Komunitas Eropa.
Peserta menjawab kuesioner tentang frekuensi dan durasi aktivitas fisik pada awal studi (1998-2002) serta aktivitas fisik, gejala insomnia, durasi tidur, dan kantuk siang 10 tahun kemudian (2011-2014).
Peserta yang berolahraga dua kali atau lebih dalam seminggu, selama satu jam per minggu atau lebih, dianggap sebagai orang yang aktif secara fisik.
Selama periode studi, 37 persen peserta terus menerus tidak aktif, dan 25 persen terus menerus aktif, sementara 18 persen menjadi aktif dan 20 persen menjadi tidak aktif.
Peserta dari Norwegia memiliki kemungkinan paling tinggi untuk tetap aktif, sementara mereka dari Spanyol dan Estonia memiliki kemungkinan paling tinggi untuk tetap tidak aktif.
Studi juga mencatat beberapa faktor yang terkait dengan peserta yang tetap aktif. Mereka lebih banyak pria, berusia lebih muda, memiliki berat badan sedikit lebih rendah, pernah merokok, dan sedang bekerja.
Menurut para peneliti, setelah disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, berat badan, riwayat merokok, dan pusat studi, mereka yang tetap aktif secara signifikan (42 persen) lebih sedikit kemungkinannya mengalami kesulitan tidur, 22 persen lebih sedikit kemungkinannya memiliki gejala insomnia, dan 40 persen lebih sedikit kemungkinannya melaporkan dua atau tiga (37 persen lebih sedikit) gejala insomnia.
Faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin wanita, dan berat badan secara independen terkait dengan gejala insomnia.
Setelah memperhitungkan faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, berat badan, riwayat merokok, dan pusat studi, individu yang konsisten aktif lebih mungkin dikategorikan sebagai penidur normal dibandingkan dengan mereka yang tetap konsisten tidak aktif.
Para peneliti menyampaikan bahwa mereka yang tetap aktif secara signifikan (55 persen) lebih mungkin menjadi penidur normal, secara signifikan lebih sedikit (29 persen) kemungkinannya menjadi penidur pendek (6 jam atau kurang), dan 52 persen lebih sedikit kemungkinannya menjadi penidur panjang (9 jam atau lebih).
“Dan mereka yang menjadi aktif memiliki kemungkinan 21 persen lebih besar untuk menjadi penidur normal daripada mereka yang tetap tidak aktif,” kata mereka.
Studi tersebut tidak hanya menggarisbawahi pentingnya olahraga untuk tidur, tetapi juga menyoroti pentingnya menjaga konsistensi dalam aktivitas fisik dari waktu ke waktu.