Jakarta, Sagliknotu.com — Para petani di berbagai negara Eropa hingga India ramai-ramai menggelar demonstrasi selama sepekan terakhir.
Reuters melaporkan petani di Spanyol pada Rabu (21/2) melakukan konvoi traktor menuju Kementerian Pertanian hingga mengganggu lalu lintas di sekitar ibu kota.
Mereka mengenakan rompi kuning sambil mengibarkan bendera Spanyol dan membunyikan lonceng sapi ditemani musik yang menggelegar di pengeras suara.
Di Prancis, para petani juga menggelar demonstrasi di jalan-jalan raya. Perdana Menteri Prancis Gabriel Attal sampai menjanjikan pembentukan undang-undang baru untuk melindungi pendapatan para petani.
Petani di Athena juga berbondong-bondong demo sepanjang malam di depan gedung parlemen. Mereka baru meninggalkan Athena dengan traktornya masing-masing pada Rabu (21/2) hari ini.
Protes-protes serupa juga terjadi di berbagai negara lain seperti Polandia, Ceko, Portugal, Romania, hingga Belgia.
Protes di Eropa sebagian besar lantaran petani tak setuju dengan birokrasi terkait Kebijakan Pertanian Bersama Uni Eropa. Mereka ingin aturan mengenai lingkungan dalam kebijakan itu dilonggarkan.
Selain itu, para petani juga tak setuju dengan keputusan Uni Eropa membuka pintu impor bagi Ukraina dengan harga murah sebagai bentuk bantuan atas perang Kyiv.
Mereka merasa kebijakan itu tidak adil karena harus bersaing dengan harga produksi yang lebih tinggi disertai sejumlah aturan rumit terkait lingkungan hijau.
Kebijakan bersama Uni Eropa salah satunya mengatur bahwa petani harus meninggalkan empat persen lahan pertanian, yang artinya tidak bisa digunakan selama jangka waktu tertentu.
Selain di Eropa, demonstrasi petani juga pecah di India. Protes pada hari yang sama itu bahkan berujung penembakan gas air mata oleh polisi.
Petani india tolak tawaran pemerintah
Ribuan petani India menolak tawaran pemerintah untuk menjamin dukungan harga atas sejumlah komoditas seperti jagung, kapas, dan tiga jenis kacang-kacangan.
Mereka merasa tawaran itu tidak masuk akal karena hanya berlaku untuk beberapa jenis tanaman dan mengabaikan petani yang menanam 18 jenis lainnya.
Para petani juga tidak suka dengan klausul bahwa dukungan harga tersebut cuma berlaku bagi mereka yang memilih diversifikasi tanaman.
Lebih dari itu, mereka ingin ada keringanan pinjaman hingga skema asuransi tanaman sektor publik.